Mengenalkan Emosi Pada Anak
Pernahkah kita berkata “Stop ade jangan menangis” atau “ade jangan marah / ngambek !”, saat melihat anak-anak akan menangis / marah ? Tujuannya memang baik, kita tidak ingin anak kita bersedih / marah / ngambek. Tetapi Reaksi dari orang dewasa yang seperti tadi justru malah akan menghambat pembentukan emosi yang sehat pada anak-anak. Dengan memberi respon “melarang” anak mengeluarkan emosi tertentu, malah membuatnya takut mengekspresikan gejala emosinya sendiri. Anak justru akan berpikir “ Aku tidak boleh menangis, aku tidak boleh takut, atau aku tidak boleh marah karena tidak boleh sama mama !” dan dia tidak kenal pada emosinya.
Reaksi emosi perlu dukenali dan disalurkan. Alangkah lebih baik jika kita memfasilitasi reaksi emosi anak-anak, sehingga mereka dapat mengenal emosinya sendiri dan seiring dengan bertambahnya kedewasaan, mereka dapat mengontrol emosi secara sehat. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan mengatakan apa yang sedang dirasakan anak-anak kita saat itu. Misalnya “Ade marah karena mama tidak membelikan mainan tadi ?“ Kemudian baru kita jelaskan alasan larangan kita itu. Kalau anak ingin menangis, biarkan mereka menangis. Baru kita jelaskan “ ade menangis karena sedih ? kenapa ? ” dengan begitu anak mengenal emosi mereka sendiri dan tahu bahwa selalu ada alasan yang tepat jika sebuah reaksi emosi muncul. Pengenalan emosi sejak dini akan membuat anak berpikir sebelum bereaksi secara emosional terhadap suatu hal (misalnya marah / mengamuk tanpa sebab).
Ajeng W, S.Psi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar