Selasa, 13 Januari 2009

HOMESCHOOLING

POLA PENDIDIKAN ALTERNATIF

Pendidikan dapat membentuk manusia yang berilmu, berbudi pekerti luhur dan terpuji. Pentingnya pendidikan membuat orang tua punya harapan yang besar pada sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah. Idealnya, anak mendapatkan situasi belajar yang menyenangkan. Pola pendidikan konvensional cenderung hanya bisa memenuhi kebutuhan pendidikan anak normal. Anak dituntut menyesuaikan diri dengan kurikulum dan metode pengajaran, bukan sebaliknya.

Homeschooling = Pendidikan Alternatif

Setiap anak mempunyai cara belajar yang unik. Masalah selanjutnya adalah bagaimana pola pendidikan konvensional bisa memenuhi kebutuhan anak-anak tesebut?

Menjawab permasalahan ini, muncul lah ide menyekolahkan anak di rumah atau homeschooling. Suasana belajar dan metode pembelajaran di home schooling didesain untuk mendukung anak mempelajari dan mengembangkan kemampuan sesuai dengan kebutuhannya. Homeschooling adalah model pendidikan dimana orang tua memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak, dengan rumah sebagai basis pendidikan.

Pada sistem pendidikan homeschooling, orang tua dituntut untuk mempunyai komitmen dan kesungguhan untuk terlibat langsung dalam proses penyelenggaraan pendidikan, nilai, perilaku, kecerdasan dan ketrampilan apa yang ingin dikembangkan, serta materi, metode, dan praktek belajar. Dalam pelaksanaannya orang tua dapat dibantu oleh guru dari luar, dengan syarat memahami kondisi anak yang “istimewa” tersebut.

Status Homeschooling dalam Sistem Pendidikan Indonesia

UU SISDIKNAS No. 20/2003 pasal 1 menyebutkan bahwa jalur sekolah-rumah (homeschooling) dikategorikan sebagai jalur pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Pada pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal (sekolah umum) dan non formal (kursus-kursus) setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Homeschooling ABC’D Tegal

Di Tegal, Homeschooling sudah mulai diterapkan mulai tahun ajaran 2007/2008. Dalam perkembangannya HS ini akan membuka kelas tahun ajaran 2008/2009 untuk tingkat SD. Berada di Jl. Imam Bonjol 7 Tegal, berdiri dengan nama Homeschooling ABC’D (Afektif, Behaviour ‘n Cognitif Development). Misi yang diemban adalah mengembangkan kemampuan anak dalam ranah Afektif (emosi), Behaviour (tingkah laku) dan Cognitif (Intelegensi). Tujuannya memberikan sarana bagi anak-anak untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya dan memberikan tempat belajar yang sesuai dengan keunikannya.

Homeschooling ABC’D sudah mempunyai SK Dinas Pendidikan Kota Tegal bernomor 421.8 / 0103, artinya homeschooling ini punya izin penyelenggaraan pendidikan. Anak didik tetap bisa lulus dan memperoleh ijazah bila berhasil menempuh ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Bedanya, anak didik dikondisikan pada lingkungan sekolah formal tetapi proses pengajaran dilakukan secara individual (di sanggar belajar).

Setiap Senin-Kamis anak belajar di dalam kelas, dengan jam pelajaran dan materi yang memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak. Anak bukan menghadapi pelajaran biasa melainkan pelajaran yang dimodifikasi. Dengan teknik ini, anak tidak merasa sedang belajar tetapi sedang bermain.

Metode pembelajaran disesuaikan dengan tingkat kemampuan mereka. Misalnya anak lebih bisa menerima pelajaran dengan stimulus-stimulus visual, maka metode pengajaran lebih banyak melalui visualisasi. Metode lain yang digunakan antara lain mind map. Tujuannya mengasah alur berpikir anak agar bisa berpikir runtut serta membedakan informasi mana yang penting mana yang kurang penting. Metode lainnya adalah games, misalnya dalam pelajaran matematika. Dengan metode seperti ini anak akan mudah mengerti dan tidak kesulitan berhadapan dengan angka-angka.

Setiap hari Jumat, diadakan kegiatan bermain bersama. Kegiatan merupakan aplikasi dari materi yang dipelajari dalam kelas, yang dilaksanakan di lapangan bermain. Misalnya, anak belajar tentang penjumlahan dan pengurangan. Anak di ajak untuk berkelompok membentuk operasi hitung yang di ucapkan oleh guru. Contoh lain, anak belajar tentang gunung berapi. Anak diajak membuat miniatur gunung berapi dengan menggunakan pasir, air soda dan soda kue. Anak bisa melihat bagaimana proses lelehan lava dari gunung berapi.

Program lain yang diterapkan adalah outdoor yang dilaksanakan pada hari Sabtu, minggu ke-1 dan ke-3. Melalui program ini anak dilatih untuk bersosialisasi, misalnya dengan berolahraga atau ke tempat-tempat yang berhubungan dengan materi pelajaran, seperti kantor pos, bank, pelabuhan, minimarket, pasar tradisional dan lain sebagainya. Minggu ke-2 dan ke-4 diadakan program sharing orang tua dan guru untuk membahas kemajuan dan hambatan anak, sekaligus membahas tugas proyek anak dan orang tua di rumah.

Keberadaan Homeschooling ABC’D diharapkan dapat membantu anak didik dalam belajar dan memberi wacana alternatif pendidikan bagi orang tua. Secara luas keberadaan home schooling ini juga diharapkan dapat membantu pemerintah dalam melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun melalui metode yang berbeda. Belajar merupakan hak semua orang. Meski memiliki berbagai macam keunikan, dengan metode yang tepat anak tetap dapat memaksimalkan potensinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar